B2P2VRP KEMBALI LAKSANAKAN ADVOKASI REKOMENDASI KEBIJAKAN SURVEILANS TERINTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENEMUAN KASUS TERKONFIRMASI JAPANESE ENCEPHALITIS DAN PENGENDALIANNYA DI INDONESIA
(Salatiga, 31/08/2021) - B2P2VRP Salatiga kembali mengadakan kegiatan Advokasi Rekomendasi Kebijakan (Policy Brief) yang kedua kalinya pada hari Selasa, tanggal 31 Agustus 2021 dengan judul “Advokasi Rekomendasi Kebijakan Surveilans Terintegrasi untuk meningkatkan efektifitas penemuan kasus terkonfirmasi Japanese Encephalitis dan Pengendaliannya di Indonesia”. Acara yang dilaksanakan secara daring ini diikuti oleh peserta dari B2P2VRP Salatiga, serta dari sekretariat Badan Litbang Kesehatan, hadir pula pada kegiatan ini para narasumber dan praktisi dari unit utama lainnya. Kegiatan ini diawali dengan laporan kegiatan sekaligus pembukaan secara resmi oleh Kepala B2P2VRP Salatiga, Bapak Joko Waluyo, ST, MSc.Ph.
Pada sambutannya beliau menyampaikan Japanese Encephalitis sudah ada di Indonesia sejak tahun 1960. Diduga Indonesia merupakan salah satu pusat penyebaran Japanese Encephalitis di dunia. Ada 3 dari 5 genotipe Japanese Encephalitis ditemukan di Indonesia. Vektor (nyamuk) dan reservoir (babi, kuda, sapi, dll) dapat ditemukan di Indonesia. 30-50% penderita mengalami perubahan perilaku hingga perubahan mental permanen. Hingga Tahun 2008, Indonesia menjadi negara terbesar kedua di kawasan Asia Pasifik yang menyumbang Japanese Encephalitis kepada wisatawan asing. Berbagai institusi terlibat dalam upaya penanggulangan Japanese Encephalitis, termasuk melibatkan kerjasama dengan WHO.
Setelah pembukaan secara resmi oleh Kepala B2P2VRP Salatiga acara dilanjutkan dengan paparan Advokasi Rekomendasi Kebijakan yang disampaikan oleh Triwibowo Ambar Garjito, S.Si., M.Kes.,Ph.D dengan judul penelitian “Surveilans Terintegrasi untuk Meningkatkan Efektifitas Penemuan Kasus Terkonfirmasi Japanese Encephalitis dan Pengendaliannya di Indonesia” yang dimoderatori oleh Prof Dr. Sudomo.
Dalam paparannya Tri Wibowo menyampaikan Japanese Encephalitis merupakan penyebab utama viral encephalitis, 3 milyar dari 27 negara di kawasan Asia Pasifik berisiko terkena Japanese Encephalitis. Indonesia adalah salah satu negara endemis yang termasuk di dalamnya. Ada beberapa negara yang juga endemik di mana penyebaran terjadi luas dan cepat. Terkait penularannya, Japanese Encephalitis memiliki siklus enzootik, melibatkan vektor nyamuk Armigeres dan Culex, menghisap darah amplifying host sehingga virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk. Virus dapat disebarkan menuju dead end host (manusia), di mana titer virus tidak sebanyak amplifying host.
Pada kesempatan ini turut hadir pula dr. Asik Surya, MPPM dan Dr. Suwito SKM, M.Kes dari Direktorat P2PTVZ Ditjen P2P Kemenkes Republik Indonesia serta narasumber Dr. dr. I Gusti Ngurah Made Suwarba, Sp.A(K). Setelah penyampaian paparan rekomendasi kebijakan selesai kemudian dilanjutkan dengan tanggapan dari para pakar, praktisi yang hadir pada kegiatan ini. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan oleh narasumber, dan diakhiri dengan sesi tanya diskusi dan tanya jawab dari seluruh peserta pertemuan.