B2P2VRP LAKSANAKAN ADVOKASI REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMILIHAN TES CEPAT (RDT) YANG TEPAT UNTUK DIAGNOSA LEPTOSIPIROSIS DI INDONESIA
(Salatiga, 24/08/2021) - Pada hari Selasa, tanggal 24 Agustus 2021, B2P2VRP Salatiga mengadakan kegiatan Advokasi Rekomendasi Kebijakan (Policy Brief) Pemilihan Tes Cepat (RDT) yang Tepat Untuk Diagnosa Leptosipirosis di Indonesia. Acara yang dilaksanakan secara daring maupun luring ini dibuka oleh Kepala B2P2VRP Salatiga, Bapak Joko Waluyo, ST, MScPH, dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Leptospirosis sehingga penyebaran penyakit Leptospirosis sulit di deteksi, untuk itu, diharapakan kita bersama-sama dapat saling bekerjasama dalam pengendalian penyebaran penyakit Leptospirosis.
Pembukaan dari Sekretaris Badan Litbangkes Data Leptospirosis di Indonesia
Selanjutnya acara dibuka oleh Sekretaris Badan Litbangkes, Bapak Dr. dr. Nana Mulyana, M. Kes. Dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan Rekomendasi Kebijakan Pemilihan Tes Cepat (RDT) yang tepat untuk diagnosa Leptosipirosis di Indonesia, beliau juga menyampaikan yang paling penting, rekomendasi kebijakan ini dapat dimanfaatkan untuk semua.
Peserta Luring di B2P2VRP Salatiga Peserta Daring
Selanjutkan paparan disampaikan oleh Direktur P2PTVZ Dr.drh. Didik Budijanto, M.Kes mengenai peran Badan Litbangkes dalam program P2PTVZ , beliau menyampaian Badan Litbangkes sangat berperan dalam program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.
Paparan selanjutnya mengenai Advokasi Rekomendasi Kebijakan yang di sampaikan oleh Farida Dwi Handayani, S.Si, MS dengan judul Pemilihan Tes Cepat (RDT) yang Tepat Untuk Diagnosa Leptosipirosis di Indonesia.
Paparan dari Peneliti Diskusi dengan Pembahas
Setelah penyampaian paparan rekomendasi kebijakan, dilanjutkan dengan diskusi, dalam hal ini drh. Sitti Ganefa Pakki, M.Epid dari Sub direktorat Zoonosis, kemudian pembahasan oleh Prof dr. M. Hussein Gasem, Ph.D, Sp. PD., K-PTI, dan Dr. dr. Anung Sugihantono, M. Kes menyampaikan tanggapan mereka. (HP)