PENDAMPINGAN PENANGANAN PENINGKATAN KASUS LEPTOSPIROSIS
(Salatiga, 16/04/2021) - Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Sebagian besar masyarakat menyebut penyakit ini dengan sebutan “penyakit kencing tikus”. Tikus sebagai inang utama dapat menularkan kepada manusia melalui kontak langsung dengan urin hewan terinfeksi maupun tidak langsung melalui lingkungan yang tercemar urin hewan terinfeksi. Hewan lain yang dapat menularkan penyakit ini adalah sapi, kambing, anjing kucing, kelelawar, babi, dan beberapa hewan lainnya.
Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Jepara menjadi dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang melaporkan adanya peningkatan kasus leptospirosis pada tahun 2021. Peningkatan kasus biasanya berhubungan dengan beberapa faktor, salah satunya adalah musim penghujan. Dua kabupaten tersebut mengajukan permohonan pendampingan kepada B2P2VRP Salatiga untuk penanganan kasus leptospirosis. Upaya penanganan dilakukan untuk menekan jumlah peningkatan kasus. Penanganan kasus dilakukan secara lintas sektor dengan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten (Kebumen dan Jepara,Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara yang menangani hewan ternak, serta aparat desa setempat. Kegiatan pendampingan di Kabupaten Kebumen dilakukan pada tanggal 29 - 31 Maret 2021, sedangkan di Kabupaten Jepara dilakukan pada tanggal 08 - 10 April 2021.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan sampel tikus, hewan ternak, dan pengambilan sampel lingkungan (air dan tanah). Sampling dilakukan sebagai upaya mencari faktor resiko yang ada di wilayah kasus. Sampel tikus yang diambil meliputi sampel ginjal (pemeriksaan leptospirosis metode PCR) dan sampel serum (pemeriksaan leptospirosis metode MAT). Sedangkan sampel hewan ternak yang diambil berupa sampel darah dan serum. Skrinning leptospirosis juga dilakukan terhadap kelelawar untuk mengetahui potensi kelelawar sebagai reservoir leptospirosis. Pengukuran parameter lingkungan dan pengambilan sampel tanah dan air juga dilakukan sebagai upaya mencari faktor resiko dari segi lingkungan. Sampel terambil selanjutnya dilakukan pemeriksaan leptospirosis di laboratorium bakteriologi B2P2VRP.
Penangkapan Kelelawar Oleh Peneliti B2P2VRP Pengambilan Sampel Darah dan Serum Tikus
Selain kegiatan di atas, tim B2P2VRP juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat mengenai leptospirosis. Kegiatan ceramah klinis dengan menggandeng pakar klinis leptospirosis (dr. Lisa Novipuspitasari, Sp.PD) juga diberikan kepada tenaga medis agar lebih memahami gejala klinis leptospirosis sehingga diagnosis kasus dapat dilakukan dini untuk mencegah keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan kematian.
Ceramah Klinik Leptospirosis di Kab. Kebumen Ceramah Klinik Leptospirosis di Kab. Kebumen
Pengendalian kasus serta peningkatan kesadaran masyarakat serta peningkatan pengetahuan tenaga medis dalam diagnosis kasus diharapkan dapat menekan jumlah kasus leptospirosis. sehingga dapat dilakukan deteksi dini kasus leptospirosis. (HP)
Doc : B2P2VRP dan DKK Kebumen